Chlorobium adalah genus dari filum Chlorobi
yang disebut juga sebagai bakteri sulfur hijau. Chlorobium merupakan genus uniseluler berbentuk batang yang spesiesnya ditemukan di habitat anaerobik, yang kaya
sulfida. Kelompok green
sulfur bacteria (bakteri sulfur hijau) memiliki tempat hidup pada
lingkungan yang memiliki kadar oksigen rendah namun juga tetap mendapatkan
sinar matahari, yaitu pada permukaan sedimen perairan. Kondisi ini ternyata
tidak cukup menguntungkan karena sinar matahari yang menembus lapisan perairan
akan semakin berkurang seiring dengan kedalaman, sehingga hanya sedikit cahaya
yang mencapai dasar perairan. Hal ini sudah diantisipasi oleh kelompok bakteri
sulfur hijau karena mereka memiliki pigmen berupa bakterioklorofil-a, c, d,
dan e pada suatu struktur di dalam selnya yang disebut klorosom (chlorosome) (gambar 1).
Ternyata klorosom tersebut memang sangat efisien dalam menangkap sinar matahari
bahkan dalam kadar/intensitas yang rendah, sehingga memungkinkan bakteri
tersebut untuk bersifat fototrof.
Gambar 1. Transmisi mikrograf elektron dari (A) tipis-bagian dari Chlorobium sp. menunjukkan chlorosomes sebagai badan putih besar yang melekat pada membran sitoplasma (Frigaard et al. 2002), dan (B) chlorosomes terisolasi dari Chlorobium sp. (Frigaard et al. 2004).
Bakteri sulfur hijau merupakan bakteri yang melakukan
fotosintesis tetapi tidak menghasilkan oksigen (anoxygenic photosynthetic).
Beberapa berbentuk uniseluler dan yang lainnya membentuk jaringan dari sel-sel.
Tidak satu pun yang bergerak dengan flagela atau bergerak meluncur. Tetapi
genus Chloroherpeton dapat bergerak
meluncur. Beberapa memiliki vakuola gas (penting untuk pergerakan vertikal) (Olson
and John, 2006).
Salah satu klasisifikasi ilmiah dari bakteri sulfur hijau Chlorobium limicola,
adalah sebagai berikut :
Kingdom : Bacteria
Filum
: Chlorobi
Kelas
: Chlorobia
Ordo
: Chlorobiales
Famili :
Chlorobiaceae
Genus : Chlorobium
Spesies : Chlorobium
limicola
Bakteri
sulfur hijau mendapatkan energi untuk proses metabolismenya melalui oksidasi H2S.
Bakteri-bakteri ini menggunakan CO2 sebagai sumber karbon.
Bakteri-bakteri ini sangat anaerobik (Saeni, 1989).
Chlorobiaceae atau bakteri
sulfur hijau adalah famili dari bakteri fototrof. Tidak ada famili
bakteri lainnya yang diketahui memiliki hubungan dekat dengan mereka, dan
mereka diletakkan tersendiri pada filum mereka sendiri (Chlorobi). Filumnya paling dekat
dengan Bacteroidetes (Dwidjoseputro, 2005).
Bakteri
sulfur hijau menggunakan sulfida sebagai donor elektron dalam fotosintesis dan
membentuk elemental sulfur sebagai perantara
dalam proses ini. Namun,
butiran sulfur disimpan di luar sel dengan cara yang sama seperti di Ectothiorhodospira. Mereka
dapat terus mengoksidasi butiran sulfur dan akhirnya menghasilkan sulfat. Oleh
karena itu, reaksi fotosintesis secara keseluruhan akan identik dengan yang ditunjukkan pada bakteri sulfur ungu.
Namun,
bakteri ini tidak menggunakan Siklus Calvin-Benson untuk fiksasi karbon dioksida. Sebagai
gantinya, bakteri ini menggunakan siklus
reduksi asam trikarboksilat (TCA). Meskipun sebagian
besar menggunakan karbon dioksida sebagai sumber karbon tunggal mereka,
beberapa juga dapat menggunakan asam organik sederhana di hadapan sulfida dan
karbon dioksida. Seperti
bakteri sulfur ungu juga, bakteri ini harus memiliki sulfida ketika menggunakan
senyawa organik karena mereka tidak dapat melakukan asimilasi reduksi sulfat.
Satu sifat
penting fotosintesis bakteri yang tidak dapat dijumpai pada fotosintesis
tumbuhan hijau adalah bahwa fotosintesis bakteri hanya dapat berlangsung dalam
keadaan sama sekali tanpa oksigen. Klorofil bakteri sedikit berbeda dengan
klorofil tumbuhan hijau, cahaya dengan gelombang yang lebih panjang diserap
oleh bakteri daripada tumbuhan hijau. Jasad-jasad fotolitotrof yang menggunakan
zat-zat anorganik sebagai donor elektron seperti H2, NH3,
atau S dinamakan jasad litotrof. Jasad fotolitotrof hanya tergantung pada
cahaya matahari dan senyawa anorganik sebagai donor elektron untuk
pertumbuhannya. Pada bakteri fotolitotrof sumber hidrogennya bukanlah air, dan
oksigen tidak pernah dihasilkan dalam proses fotosintesis (Tarigan, 1988). Pola
reaksi fotosintesisnya dapat dituliskan sebagai berikut:
n
CO2 + n H2S ----------------- > (CH2O) n +
n H2O + 2 n S (Olson and John, 2006).
Reaksi pada bakteri sulfur hijau adalah sebagai berikut, reaksinya tidak
menggunakan oksigen atau anaerobik.
12H2S + 6CO2 → C6H12O6 (karbohidrat)
+ 6H2O + 12S
Dalam sintesis ini O2 tidak dihasilkan, akan
tetapi sulfur (S) tersimpan dalam sel untuk kemudian dikeluarkan dan H2S
meruapakan donor hidrogen. Bakteri sulfur mengabsorbsi bahan-bahan organik dari
lingkungan hidupnya sebagai sumber hidrogen, tetapi metabolit ini tidak dapat
digunakan langsung sebagai nutrient. H2 yang diperoleh akan
berswenyawa dengan O2 sehingga dihasilkan karbohidrat (Pelczar dkk,
2008).
Daftar Pustaka
Balows, A.,H.G. Truper,M.Dorkin,W, Harder and K. H. Scheleifer,eds. The Prokaryotes. 2nd ed. Berlin:Springer-Verlag. 1992.
Dwidjoseputro. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan. 2005.
Garrity, G., editor-in-chief. Bergy's Manual of Systematic Bacteriology. 2nd ed., Vol IV. New York: Springer-Verlag. 2001.
Dwidjoseputro. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan. 2005.
Garrity, G., editor-in-chief. Bergy's Manual of Systematic Bacteriology. 2nd ed., Vol IV. New York: Springer-Verlag. 2001.
Olson
and M. John. 2006. "Photosynthesis in the Archean Era". Photosynthesis Research. New York.
Pelczar J., J. Michael dan E.C.S. Chan. Dasar-dasar Mikrobiologi 1. Jakarta: UI-Press.
2008.
Saeni,
M. S. Kimia Lingkungan. Bogor: PAU
IPB. 1989.
Saefudin.
Sistematika Prokariot. http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/196307011988031-SAEFUDIN/Sistematika_prokariot.pdf.
Diakses pada tanggal 21 Desember 2013,
pukul 20.21 WIB.